Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit – Mural dan coretan ajakan masyarakat menghindari konflik dan harapan generasi muda menghiasi dinding bangunan di Ganderia Selatan, Silandak, Jakarta Selatan, Minggu (7/11/2021).

Dewasa muda telah diidentifikasi sebagai kelompok yang paling banyak mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan ini semakin nyata di masa pandemi Covid-19. Ada banyak cara untuk mengatasi kecemasan, kekhawatiran dan kesepian.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Sebuah studi terbaru dari University of California San Francisco menemukan bahwa beberapa anak muda mengalami gejala masalah kesehatan mental selama pandemi. Penelitian yang dilakukan pada Juni-Juli 2021 ini melibatkan 2.809 peserta berusia 18-25 tahun.

Gangguan Kecemasan Dan Cara Mengatasinya

Sekitar 48 persen peserta memiliki gejala gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Dari jumlah itu, 39 persen di antaranya mendapat pengobatan seperti pengobatan atau konseling. Sebanyak 36 persen lainnya mengatakan layanan ini tidak memenuhi kebutuhan konseling mereka.

“Bisa jadi orang yang memiliki gejala tidak menganggap gejalanya cukup parah untuk diobati. Atau, mereka takut akan stigma yang terkait dengan orang yang membutuhkan layanan kesehatan mental,” kata rekan penulis studi Sally Adams, dikutip dari ScienceDaily, Kamis ( 14/3/2022).

Jumat (04/09/2021) Banyak anak muda yang duduk bersama di Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat. Kaum muda termasuk yang paling terkena dampak pandemi Covid-19, baik dari segi pendidikan maupun peluang kerja di masa depan. Hal ini sering kali membuat mereka stres,

Kecemasan dan depresi sering kali didiagnosis pada orang dewasa muda sebelum epidemi terjadi. Pada tahun 2019, sekitar 20 persen orang dewasa muda mengalami gejala kecemasan dan 21 persen mengalami gejala depresi.

Ngobrol Asik Tentang Mental Health Bareng Partisi Dan @curhatinaja.idn

Jika dibandingkan dengan kondisi awal tahun 2020 saat pandemi, tingkat kecemasan dan depresi pada generasi muda mengalami peningkatan yang signifikan. Gejala kecemasan meningkat dari 9 persen menjadi 21 persen pada kelompok usia 18-39 tahun selama periode tersebut. Gejala depresi meningkat dari 9 persen menjadi 39 persen.

Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya. Menurut penelitian, gangguan kesehatan mental yang dialami oleh orang dewasa muda berkaitan dengan kesepian dan kecemasan kerja.

Gangguan kesehatan mental juga banyak dialami oleh anak-anak dan remaja usia 0-24 tahun di Indonesia. Hal ini terlihat dari survei U-Report Indonesia yang dipublikasikan pada Agustus 2020. Hambatan tersebut dialami oleh 53 persen dari 638 responden.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Remaja mengaku stres dengan tuntutan untuk tetap produktif di masa pandemi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut datang dari orang tua (38 persen), orang lain (29 persen), guru (14 persen), teman (12 persen) dan kerabat (6 persen).

Kesehatan Mental (mental Health): Penyebab & Cara Menjaganya

Beberapa responden juga mengaku malas dan mudah bosan. Mereka mengalami perubahan perilaku, menarik diri dari interaksi sosial, kehilangan konsentrasi, dan menjadi mudah tersinggung, marah, dan kesal. Ada juga orang yang pola tidurnya berubah secara ekstrim, seperti sulit tidur atau tetap tertidur.

Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan mental di masa pandemi adalah aktivitas fisik. Anda dapat mengakses video latihan atau yoga sederhana untuk pemula melalui YouTube. Jika Anda memiliki hewan peliharaan, Anda bisa mengajaknya jalan-jalan. Aktivitas fisik lain yang dapat dilakukan adalah berkebun, membersihkan rumah, membersihkan barang, atau menari.

Ketua Ikatan Psikologi Kesehatan Indonesia Yunke Sri Tyas Susi mengatakan, generasi muda memiliki energi yang sangat besar sehingga selalu membutuhkan saluran untuk menyalurkan energi tersebut. Aktivitas fisik merupakan saluran penyaluran energi negatif.

Yang penting adalah mengubah tubuh untuk mengeluarkan energi. Anda bisa naik sepeda, berenang atau berlari. Ini sempurna untuk menyembuhkan tubuh, dan juga untuk melepaskan stres dan energi negatif.

Pentingnya Kesehatan Mental

Warga menyusuri Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan, Minggu (6/2/2022). Ketika strain Omicron menyebar dan gelombang ketiga epidemi memasuki Indonesia, kekhawatiran masyarakat semakin meningkat. Seringkali, kecemasan ini diikuti dengan serangan panik yang menimbulkan kecemasan ekstrem terhadap situasi yang akan terjadi. Imunisasi, kepatuhan terhadap protokol kesehatan, dan pola hidup sehat dapat mengurangi kecemasan, serta penularan Covid-19.

Bisa bersepeda, berenang atau lari. Cocok untuk menyalurkan stress dan energi negatif, juga menyehatkan tubuh, ujarnya (, 14/4 /2022).

Menurut laporan Academy of Medical Sciences Memahami kekhawatiran masyarakat terhadap dampak kesehatan mental akibat pandemi Covid-19, salah satu cara mengatasi gangguan psikologis selama pandemi adalah dengan menekuni hobi. Cara lainnya adalah dengan menjaga rutinitas sehari-hari.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Kesehatan Mental Depresi Kesehatan Mental Berita Teratas Berita Nyata Kecemasan Pandemi Covid 19 Kesehatan Mental Berita Lembut Remaja Selama pandemi, remaja menjadi kelompok populasi yang paling terabaikan. Namun banyak masyarakat yang belum memahami bahwa remaja merupakan kelompok yang paling menderita jiwanya akibat Corona.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi

Contoh: Banyak anak muda yang bermain sepak bola di luar Stadion Gelora Bung Karno, kawasan Ring Road Jakarta Selatan yang ditutup sementara, pada Minggu (17/1/2021).

Remaja telah menjadi kelompok populasi yang paling terabaikan selama pandemi ini. Mereka kerap dituding sulit diatur, sulit menjalankan protokol kesehatan, bahkan mengabaikan kesehatan diri sendiri dan orang di sekitarnya. Namun banyak masyarakat yang belum memahami bahwa remaja merupakan kelompok yang paling menderita jiwanya akibat Corona.

Pada masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa, remaja hendaknya banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Membangun relasi, memperluas pengetahuan, mendewasakan perasaan dan pikiran, serta mempersiapkan masa depannya. Namun, epidemi ini justru mengurung mereka di rumah dengan penuh ketidakpastian.

Perekonomian yang memburuk dan meningkatnya pengangguran membuat mereka bertanya-tanya mengenai nasib masa depan mereka. Hilangnya pembelajaran (loss of learning) menimbulkan keraguan terhadap persiapan mereka menghadapi persaingan yang pasti semakin ketat karena terbatasnya kesempatan kerja.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Mahasiswa Selama Masa Pandemi

Kebosanan hidup dalam satu lingkungan yang sama dalam jangka waktu yang lama, kurangnya ruang pribadi, terpecahnya keuangan keluarga, dan konflik dalam rumah membuat sebagian remaja terpaksa harus berakhir di jalanan. Selama pandemi, banyak remaja yang bersepeda keliling kota, berlarian di jalanan, dan berkeliaran tanpa tujuan hingga fajar.

Dampak negatif kurang tidur sudah banyak diketahui, mulai dari kecenderungan menarik diri dari teman dan keluarga, rendahnya motivasi, hingga mudah tersinggung.

Mereka yang tinggal di rumah juga menghadapi situasi yang tidak kalah stresnya. Tumpukan tugas sekolah memaksa mereka begadang hingga larut malam. Sulitnya memahami pelajaran yang diajarkan secara online semakin membebani mereka dan mengganggu jadwal tidur mereka.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Namun banyak orang yang melepaskan stresnya dengan menggunakan gadget tanpa menyadari bahwa hal tersebut dapat menimbulkan stres baru. Bermain video game online, mengakses media sosial, atau terlibat dalam forum chat online setelah tengah malam juga dapat mengganggu jam tubuh Anda.

Menjaga Kualitas Tidur, Menjaga Kesehatan Mental Remaja

Hilangnya keteraturan hidup dan berkurangnya waktu tidur pada akhirnya menyebabkan banyak remaja lebih mudah mengalami stres, kecemasan, dan depresi, sehingga memengaruhi suasana hati, kemampuan belajar, dan produktivitas mereka. Konsumsi rokok dan alkohol meningkat selama epidemi, sehingga memperburuk kesehatannya.

Bagi remaja, tidur malam yang cukup merupakan investasi penting bagi kesehatan mental dan fisik mereka saat ini dan di masa depan. Remaja berusia 12-18 tahun disarankan untuk tidur 8-10 jam setiap malam, sedikit lebih banyak dibandingkan orang dewasa berusia 18-64 tahun yang diharapkan tidur 7-9 jam per malam.

Remaja biasanya tertidur sebelum tengah malam. Akibatnya, mereka bangun lebih lambat. Kondisi ini, menurut Rising Children Network, Australia, terjadi karena remaja melepaskan melatonin, hormon yang mengatur pola tidur, sebelum tengah malam, yang secara biologis mempengaruhi jam sirkadian atau ritme sirkadian dalam tubuh mereka. Selain itu, pematangan otak saat pubertas juga membuat mereka terjaga lebih lama.

Namun, epidemi ini mengganggu pola tidur mereka sehingga membuat remaja rentan mengalami kecemasan, stres, dan depresi. Survei yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS yang diterbitkan pada Agustus 2020 menunjukkan bahwa 62,9 persen orang dewasa muda berusia 18-24 tahun di negara tersebut pernah mengalami kecemasan dan depresi, lebih tinggi dibandingkan kelompok populasi lainnya.

Pentingnya Mengelola Kesehatan Mental

Di Indonesia, belum ada analisis gangguan jiwa pada masa epidemi berdasarkan kelompok umur. Namun data yang dilaporkan sendiri oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia pada April-Oktober 2020 menunjukkan bahwa 68 persen responden mengalami masalah psikologis selama pandemi, seperti kecemasan, depresi, dan trauma psikologis.

Gejala depresi yang paling umum pada remaja adalah sulit tidur tepat waktu dan kurang tidur. Gejala-gejala ini juga berlaku pada orang dewasa. Seperti dilansir BBC, pada 8 Maret 2021, sekitar 92 persen orang dewasa yang mengalami depresi mengeluh sulit tidur. Namun, yang sering tidak disadari adalah sulit tidur bisa memperparah depresi.

Kondisi ini menggabungkan gangguan tidur dan depresi. Betapapun lelahnya fisik seseorang, jika pikiran dan suasana hatinya tidak tenang dan dipenuhi berbagai kekhawatiran, ia akan sulit tidur dan tidur nyenyak.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Masa Sulit

Pada Kamis (29/1/2021) malam di Jalan Gajah Mada, Medan, Sumatera Utara, anak-anak petugas kebersihan tertidur di lantai setelah seharian lelah membersihkan botol plastik.

Bagaimana Kesedihan Dapat Mempengaruhi Kesehatan Anda, Dan Apa Yang Dapat Anda Lakukan

Bagi remaja yang mental dan pemikirannya masih dalam proses pendewasaan, keadaan ini akan berdampak besar pada kesehatannya. Studi yang dilakukan Faith Orchard dan rekannya dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry, Oktober 2020, menemukan bahwa anak usia 15 tahun yang memiliki kualitas tidur buruk namun tidak mengalami depresi lebih banyak mengalami kecemasan dan depresi pada usia 17 tahun. dialami oleh mereka yang berusia 21 dan 24 tahun dibandingkan rekan-rekan mereka yang tidak memiliki masalah tidur.

Kondisi serupa juga ditemukan pada orang dewasa. Sebuah meta-analisis terhadap 34 penelitian terhadap 150.000 responden yang dilakukan oleh Liqing Li dan kawan-kawan di BMC (Biomed Central) Psychiatry, pada 5 November 2016, menunjukkan bahwa orang yang memiliki masalah tidur lebih banyak mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidur cukup.

Tentu tidak semua orang yang menderita insomnia akan mengalami depresi di kemudian hari. Namun, penderita insomnia sering kali merasa khawatir dengan keadaannya di masa depan, sehingga dapat berujung pada kecemasan, stres, dan depresi.

Oleh karena itu, masalah kurang tidur patut menjadi perhatian serius. Dampak negatif dari kurang tidur sudah banyak diketahui, mulai dari kecenderungan menarik diri dari teman dan keluarga, rendahnya motivasi, hingga mudah tersinggung. Semua ini mempengaruhi kualitas hubungan sosial seseorang dan meningkatkan risiko depresi.

Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental Saat Berada Dalam Isolasi

Secara biologis, kurang tidur meningkatkan peradangan pada tubuh yang menyebabkan banyak gangguan mental. Menurut Russell Foster, ahli saraf di Universitas Oxford Inggris, gangguan tidur tidak hanya ditemukan pada orang depresi, tapi juga pada penderita gangguan bipolar dan skizofrenia.

Saya biasanya begitu

Artikel Terkait

Leave a Comment